Air bersih yang kita dapat dari PAM/PDAM/ledeng, sumur ataupun
saringan
air yang kita miliki mungkin akan terlihat bening, tidak
berasa dan tidak berbau, tetapi hal itu tidak menandakan bahwa air
tersebut bersih dari kuman penyakit. Sebelum dikonsumsi, sebaiknya
kita harus memastikan bahwa air yang akan kita konsumsi terbebas
dari kuman penyakit. Disinfeksi atau menghilangkan kuman dari air
minum sangat penting dilakukan agar kuman tersebut tidak masuk ke
dalam tubuh kita.
Ada berbagai cara untuk melakukan
disinfeksi atau menghilangkan kuman penyakit dari air yang akan kita
konsumsi. Selengkapnya sebagai berikut :
1.
Memanaskan atau memasak air
Pasteurisasi atau pemanasan
untuk air yang akan dikonsumsi pada suhu / temperatur 55ºC - 60ºC
selama sepuluh menit akan mematikan sebagian besar patogen atau
kuman penyakit yang ada/terkandung di dalam air. Cara yang lebih
efektif adalah memasak atau merebus air yang akan kita konsumsi
hingga mendidih. Cara ini sangat efektif untuk mematikan semua
patogen yang ada dalam air seperti virus, bakteri, spora, fungi dan
protozoa. Lama waktu air mendidih yang dibutuhkan adalah berkisar 5
menit, namun lebih lama lagi waktunya akan lebih baik,
direkomendasikan selama 20 menit.
Walaupun mudah dan sering kita
gunakan, kendala utama dalam memasak air hingga mendidih ini adalah
bahan bakar, baik itu kayu bakar, briket batubara, minyak tanah, gas
elpiji ataupun bahan bakar lainnya.
2. Radiasi
dan Pemanasan Dengan Menggunakan Sinar Matahari
Proses
radiasi ultra violetdan pemanasan air dengan menggunakan sinar
matahari ini dapat dilakukan dengan bantuan wadah logam ataupun
botol transparan. Botol transparan yang digunakan umumnya adalah
botol plastik. Botol kaca dapat digunakan tetapi memiliki kelemahan
mudah pecah, lebih berat dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
pemanasan. Oleh karena itu gunakanllah botol kaca yang dapat
ditembus oleh sinar ultra violet.
Untuk mengantisipasi bahaya
dari pemakaian plastik, sebaiknya gunakan botol plastik dengan nomor
logo daur ulang 1 atau PETE/PET (polyethylene terephthalate), atau
lebih baik lagi bila anda memiliki botol bernomor 5 atau PP
(polypropylene). Keterangan lebih lanjut mengenai jenis plastik
tersebut dapat anda lihat pada
nomor
jenis plastik daur ulang.
Untuk mempercepat proses radiasi dan pemanasan
botol transparan tersebut dicat hitam pada salah satu sisinya (50%
dari permukaan botol) atau diletakkan pada permukaan media yang
berwarna gelap yang dapat mengumpulkan dan menimbulkan radiasi
panas. Pada kondisi demikian, setelah diletakkan selama beberapa jam
(5-6 jam untuk keadaan cerah) air di dalam botol tersebut akan dapat
mencapai 55ºC (mencapai suhu pasteurisasi) sehingga patogen yang
ada dalam air dapat dieliminir.
Untuk hasil yang lebih baik
lagi, sebelum dijemur lakukan proses aerasi dengan mengocok botol
terlebih dahulu setelah itu botol diletakkan pada permukaan metal
seperti atap seng.
3. Air Perasan Jeruk Nipis
Cara
ini efektif untuk mengatasi virus kolera. Dengan menambahkan air
jeruk nipis hingga mencapai 1-5% dari air yang hendak dikonsumsi
dapat menurunkan pH air di bawah 4,5. Pada tahap ini virus kolera
dapat dikurangi hingga hampir 100%. Selain itu dari hasil
penelitian, pertumbuhan virus kolera pada nasi dapat ditahan dengan
menggunakan air jeruk nipis pada saat dimasak.
Kelemahan dari
cara ini adalah bila campuran air perasan jeruk nipis terlalu banyak
akan dapat merubah rasa air.
Cara paling mudah mendapatkan air
bersih dari air sumur, air hujan ataupun air sungai adalah
mendapatkan
saringan
air. Walaupun demikian, saringan air sederhana pada umumnya
tidak akan mampu untuk mengatasi masalah kandungan garam yang ada
dalam air baku / sumber air yang kita miliki. Untuk mengatasi
masalah kandungan garam atau rasa asin tersebut dapat menggunakan
cara distilasi sederhana.
Air bersih yang dihasilkan dari
proses distilasi didapatkan dengan jalan melakukan penguapan
terhadap air sumber / air baku. Cara ini efektif untuk menghilangkan
garam yang menyebabkan rasa asin pada air. Ada dua cara sederhana
dalam membuat alat distilasi air ini, yakni menggunakan panas buatan
yang dihasilkan oleh kompor atau menggunakan sinar
matahari.
Stove-top still merupakan model
sederhana untuk alat distilasi dengan menggunakan kompor.
Pertama-tama kompor memanaskan air yang ada sebuah belanga.
Pemanasan tersebut akan menghasilkan uap panas yang akan dipakai
untuk memanaskan belanga kedua yang berisi air sumber yang nantinya
akan berisi air bersih. Pemanasan pada belanga kedua juga akan
memicu munculnya uap air dari air sumber. Butiran-butiran uap air
ini akan tertahan poleh membran plastik dan akhirnya akan jatuh pada
wadah air bersih yang terletak ditengah-tengah belanga kedua. Untuk
lebih lengkapnya lihat gambar dibawah ini.
Adapun
cara yang kedua adalah menggunakan sinar matahari untuk menghasilkan
uap air. Butiran uap-uap air tersebut kemudian akan tertahan pada
kaca tembus pandang. Setelah butiran semakin banyak, maka akan
berubah menjadi tetesan air yang akan ditahan oleh palung/talang air
yang akan mengarahkan butiran air ke dalam wadah untuk penampungan
air bersih. Ada berbagai cara distilasi menggunakan sinar matahari
ini yang selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah
ini.
Dari
kedua cara tersebut tentunya memiliki kekurangan dan kelebihan
masing-masing. Dengan menggunakan kompor tentunya tidak akan
terpengaruh oleh perubahan cuaca (misal langit sedang mendung
ataupun hujan). Sedangkan dengan menggunakan sinar matahari tentunya
lebih hemat bahan bakar atau bahkan dengan kata lain tidak
memerlukan biaya tambahan untuk membeli bahan bakar.
Sekalipun
air yang dihasilkan dari proses distilasi adalah hasil dari
penguapan. sebaiknya air tersebut sebelum dikonsumsi dimasak hingga
mendidih terlebih dahulu atau setidaknya dilakukan proses
disinfeksi
/ menghilangkan kuman secara sederhana terlebih dahulu. Hal
ini untuk menjaga kebersihan dan kualitas air yang sedikit banyak
terpengaruh pada saat penampungan / penyimpanan air hasil destilasi.